Raungan itu, secara keseluruhan, merupakan proses coba-coba. Tim mencoba menggunakan suara binatang dan bahkan trik sarung tangan yang menghasilkan suara gemuruh aslinya. Tak satu pun dari mereka merasa benar. Pada akhirnya, mereka memadukan suara-suara yang awalnya tidak terdengar ini bersama dengan kepala drum yang tergores dan pintu yang berderit untuk membuat auman baru Godzilla. Hasil akhirnya segar namun sesuai dengan apa yang diketahui penggemar dari inkarnasi waralaba sebelumnya.
Proses trial and error tersebut mencakup beberapa percobaan yang gagal, seperti menarik kaki papan setrika yang berdecit dan membuka pintu mobil yang berkarat. Duo ini bahkan tidak memberi tahu Edwards bagaimana mereka melakukannya sampai filmnya selesai, menyamakannya dengan seorang pesulap yang tidak mengungkapkan bagaimana mereka melakukan suatu trik. Adahl, dalam wawancara yang sama, berbicara tentang beratnya mengambil tugas itu.
“Ini semacam bagian dari budaya kami – Godzilla dan aumannya. Ini adalah salah satu suara yang bisa Anda bawa ke mana pun di dunia dan semua orang tahu apa itu. Ada tanggung jawab besar untuk mendesain ulangnya. Titik awal kami sungguh ingin merangkul yang asli dan memberi penghormatan padanya.”
Pada akhirnya, itu sukses besar. Meskipun memecah belah, “Godzilla” sukses besar di box office, menghasilkan $529 juta di seluruh dunia. Lebih dari sekadar film satu kali, film ini melahirkan MonsterVerse, yang kini menjadi franchise senilai $2,4 miliar yang masih bertahan hingga saat ini, dengan “Godzilla x Kong: The New Empire” yang tayang di bioskop awal tahun ini. Hiduplah raja.
