Home Uncategorized Budi Arie Sebut Seluruh Dunia Kena Serangan Ransomware

Budi Arie Sebut Seluruh Dunia Kena Serangan Ransomware

43
0
Budi Arie Sebut Seluruh Dunia Kena Serangan Ransomware

Jakarta — Menteri Komunikasi dan Informatika, Budi Arie Setiadi mengatakan serangan siber ransomware bukan cuma terjadi di Indonesia tapi di semua negara di dunia.

Baca Juga:

Soal Stop Relaksasi Impor, DPR Tegaskan Industri Salah Satu Motor Utama Ekonomi RI

“Ini ransomware per negara di tahun 2022-2023, kita bisa lihat ini ransomware tidak ada seluruh dunia yang tidak terkena serangan ransomware,” ujar dia, Kamis, 27 Juni 2024.

Bahkan, dia mengatakan bahwa negara adidaya Amerika Serikat (AS) paling banyak menerima serangan siber ransomware. Menurut Budi Arie, Indonesia cuma terkena dampak sekira 0,67 persen dari serangan ransomware.

Baca Juga:

Kemenkeu Ungkap Serangan Ransomware ke PDN Ganggu Layanan Pajak Orang Asing

“Dan yang paling banyak Amerika Serikat 40,43 persen, Kanada 6,75 persen, Inggris 6,44 persen, Jerman 4, 29 persen dan Perancis 3,8 persen. Indonesia terkena dampak sekitar 0,67 persen dari serangan ransomware,” kata dia.

Menkominfo Budi Arie Setiadi Rapat Kerja dengan Komisi 1 DPR

Baca Juga:

Distribusi BBM Sampai Pelosok dengan Harga Terjangkau, DPR: Pertamina Jaga Ketahanan Energi

Sebelumnya, Kepala Badan Siber dan Sandi Negara atau BSSN, Hinsa Siburian mengatakan server Pusat Data Nasional (PDN) terkena serangan siber ransomware terbaru. Itu yang membuat PDN dalam beberapa hari ini mengalami gangguan.

“Insiden pusat data sementara ini adalah serangan siber dalam bentuk ransomware dengan nama brain cipher ransomware. Ransomware ini adalah pengembangan terbaru dari ransomware lock bit 3.0,” kata Hinsa di Kantor Kementerian Komunikasi dan Informatika pada Senin, 24 Juni 2024.

Hinsa mengatakan bahwa server PDN yang terkena ransomware itu berada di Surabaya. “Yang mengalami insiden ini adalah pusat data sementara yang ada di Surabaya,” ujarnya.

Pada kesempatan lain, Menteri Kominfo Budi Arie Setiadi mengungkapkan bahwa hacker (peretas) meminta uang tebusan senilai US$8 juta atau setara Rp 131,1 miliar. Budi Arie menegaskan bahwa pemerintah tidak akan memberikan uang tuntutan tersebut.

Halaman Selanjutnya

Hinsa mengatakan bahwa server PDN yang terkena ransomware itu berada di Surabaya. “Yang mengalami insiden ini adalah pusat data sementara yang ada di Surabaya,” ujarnya.

Halaman Selanjutnya

Source link